Naskah Drama
Incest
Pengenalan Tokoh
Lothfia Rahmi sebagai
Pak Salam
Mutiara sebagai Dini
Ririn Puji Astuti
sebagai Ibu Murni
Siti Fahriyanti sebagai
Ibu Mayang dan Narator
Dini
adalah anak tunggal dari keluarga Bapak Salam dan Ibu Murni. Dia adalah seorang
pelajar yang sekarang ini duduk di bangku SMA. Keluarganya selalu harmonis.
Hingga suatu ketika ayah Dini terkena PHK dan menyebabkan keretakan di dalam
keluarganya.
Pak Salam : (pulang ke
rumah dengan wajah kusut, sembari melempar tasnya) Aaaaahh... kenapa proyek yang selama ini berjalan lancar
tiba-tiba jadi hancur berantakan!?
Ibu Murni : (Datang
menghampiri Suaminya) Ada apa Pa? (cemas)
Pak Salam : Proyek Papa
gagal Ma, dan tiba-tiba Pak Direktur memberi Papa Surat Pemberhentian kerja (
dengan rasa sedih)
Ibu Murni :
Astagfirullah ... Kenapa bisa Pa?
Pak Salam : Papa juga
tidak mengerti Ma.. AAAHHH ! Papa Pusing! Sudah mati-matian Papa mengurus
proyek ini dan sekarang tidak dihargai sama sekali!
Ibu Murni : Yasudah
Pa.. Papa istirahat saja dulu. (sembari membereskan tas suaminya)
Pak Salam yang terlihat kesal langsung menuju ke kamar untuk
beristirahat serta menenangkan diri. Ibu Murni hanya dapat menahan sedihnya.
Tak ada yang dapat dia lakukan. Di Pelataran rumah dia. Duduk di sebuah kursi sambil
bergumam
Ibu Murni : Ya Allah..
Bagaimana ini... ketika Ayah bekerja pun, rasanya kebutuhan di rumah pun
pas-pasan... bagaimana dengan sekarang? Mau makan apa kami... belum lagi untuk
biaya sekolahnya Dini. (sedih)
Tak lama, Dini pun pulang
Dini : Assalamualaikum
Ma... ( sampil mencium tangan Ibunya)
Ibu Murni :
Wa’alaikumsalam ...
Dini sedikit bingung melihat raut di wajah ibunya.
Terlihat sedih dan kebingungan. Memunculkan berbagai tanda tanya di pikiran
Dini
Dini : Lho ?
Ma.. Papa sudah pulang? Biasanya kan
papa pulang malam ma?
Ibu Murni : (langsung
mendekap anaknya) Ayahmu... Din... Di berhentikan (sambil menitikan air mata)
Dini :
P—Papa... di ber—hentikan ?
Kini
Lengkap sudah, berbagai tanda tanya yang melayang dipikirannya telah terjawab dengan
jelas. Dini hanya dapat terdiam dalam dekapan ibunya yang sedang sedih.
Seminggu... Dua minggu terlewati. Dengan sisa-sisa tabungan yang
selama ini dikumpulkan dari uang belanja yang disisihkan oleh Ibu Murni, kian
hari, kian menipis. Mereka mencukupi hidupnya dari uang tersebut. Menunggu Pak
Salam yang sedang mencoba mendapatkan pekerjaan, namun tak satu pun kantor
menerimanya.
Ibu Murni : Bagaimana
Pa? Sudah dapat kerja?
Pak Salam : Belum Ma,
Aku heran kenapa tidak ada kantor yang dapat menerima ku !!? (emosinya kembali
meluap) (sembari melempar berkas-berkas untuk melamar kerja ke lantai, dan
masuk ke kamar)
Ibu Murni hanya dapat syok akan perilaku suaminya yang menjadi
lebih tempramen setelah terkena PHK. Ada terhinggap dibenaknya untuk mencari pekerjaan
untuk menghidupi keluarganya. Hingga suatu ketika tetangganya menawarkan suatu
pekerjaan.’
Ibu Mayang : Bu Murni? Kenapa, kok terlihat muram
wajahnya?
Ibu Murni : Aah.. ibu Mayang,. Iya bu, saya lagi
pusing. Suami saya baru saja terkena PHK. Sekarang lagi mencari-cari pekerjaan
Bu...
Ibu Mayang : wah ..
kebetulan ini Bu, Temen ku, di kota lagi mencari pembantu. Dibayar di depan
selama 3 bulan lho. Ibu mau?
Ibu
Murni : Wah.. benarkah .. Saya mau,
Bu !
Ibu
Mayang : Ini bu, ibu bisa hubungi
nomer ini.
Ibu
Murni : Terima kasih banyak Bu...
Ibu
Mayang : Iya Bu.. Sama-sama
Ibu
Murni melamar bekerja dan akhirnya di terima.
Di
pagi sabtu, ia sedang berkemas barang untuk bekerja di kota jakarta.
Dini : Ma..
Mama benar ingin pergi? (dengan rasa pilu)
Ibu Murni : Bukan
maksud Mama ninggalin Dini... Mama Cuma kerja nak, mama akan pulang secepatnya.
Dini baik-baik ya di rumah (sembari memeluk Dini)
Dini : Iya
Maa...
Ibu Murni : Paa..
Mama berangkat ya.. Tolong jaga Dini Baik-baik. Nanti kalau ada waktu libur,
Mama akan pulang ... (sembari mencium tangan suaminya untuk berpamitan)
Pak Salam : Iya Ma...
Hati-hati yaa.. Kabarin Papa kalau ada apa-apa.
Kemudian
Ibu Murni pergi untuk mencari nafkah. Beberapa hari telah berlalu dengan cepat.
Namun,
Pak
Salam tidak pula mendapatkan pekerjaan.
Dini : Pa...
Bagaimana? Di terima Pa?
Pak Salam : Belum ...
(Sambil kesal)
Dini : Ya
sudah Pa.. Mungkin belum rezekinya (dengan pasrah)
Pak Salam : Ah.. Papa
Sudah pusing! Mana kopi buat Papa ?!
Dini : Iya
Pa.. Sebentar
(beberapa waktu kemudian)
Dini : Ini
Pa... silahkan minum (sambil menyuguhkan secangkir kopi untuk ayahnya)
Pak Salam : (meminum
kopi) AAAAHH ! Minuman apa ini? (sambil memukul meja)
Dini :
(ketakutan)
Pak Salam : PAHIT
SEKALI ! Kamu mau membunuh Papa ??!!
Dini :
Ma—Maaf Pa... Di—Dini..... (tergagap-gagap)
Pak Salam : (beranjak
dari kursinya) AAHH ! dasar anak tidak berguna ! (mendorong Dini hingga jatuh
ke lantai)
Dini
hanya dapat bersedih melihat perilaku ayahnya yang kian hari kian emosional.
Suatu
siang di hari minggu, hujan sedang turun deras. Dini yang sedang tertidur lelap
tiba-tiba terbangun mendengar langkah suara kaki.
Dini :
Papaa? (setengah sadar)
Tiba-tiba
Pak Salam memeluk Dini dan berencana mempergauli anaknya. Dini yang sontak
kaget melihat perilaku ayahnya yang mencurigakan dengan refleks dia mendorong
ayahnya.
Dini :
P—Papaa Kenapaa?
Pak Salam : Papa
Sayang Dini (memeluk anaknya)
Dini :
Ja—Jangan Paaaa.... (menolak)
Pak Salam : (memukul
Dini dan mempergauli anaknya)
Dini :
Ti—Tidaaaaaaaaaaaak .... Jaaa-Jangan Paa... Mamaaa... Tolong...
Dini
yang tidak tau apa-apa hanya dapat menangis. Memandang dirinya yang telah di
sentuh oleh ayahnya sendiri. Dia meringis ketakutan.
Dini :
Ma—Mamaa... (menangis) Cepat pulaang Ma...
Dia
mencoba menghubungi ibunya. Melihat hal tersebut ayahnya langsung merebut
handphone dari tangan Dini
Pak salam : (sang
ayah melemparkan handpone ke dinding sambil memarahi anaknya). Kamu berani
mengadu pada ibu mu !?
Dini : (sambil
menangis)
Beberapa hari kemudian, Dini hanya dapat mengurung diri di kamar.
Ayahnya menghampiri dan ingin melakukan hal tidak senonoh kembali kepada Dini.
Untungnya, pada hari itu ibu Murni pulang ke rumah.
Ibu Murni :
Astagfirullah... (terkejut). Apa yang kalian lakukan??!!
Dini :
Ma—Maaaa.. (memeluk ibunya sambil menangis)
Pak Salam : (dia hanya
dapat terdiam)
Ibu Murni :
Astagfirullah Paa... Tega-teganya Papa melakukan hal seperti ini !
Pak Salam : I—Ini
tidak.....
Ibu Murni : AKU MINTA
CERAI PA ! PAPA JAHAT ! (sambil merangkul
Pak Salam : Ta—Tapi
Ma... Papa Bisa jelasin !
Ibu Murni pun meninggalkan Pak Salam, karena tak tahan melihat
tubuh anaknya yang gemetar.
Dini hanya dapat menangis.
Sesampai di sebuah pondok kecil. Dini dan Ibunya berteduh dan
beristirahat sejenak.
Dini :
Ma—Maaa... Dini sudah tidak suci! Huueee.. (dengan depresi)
Ibu Murni : Dini..
Dini yang sabar ya.. Dini yang kuat... Mama tidak akan meninggalkan dini lagi..
mama janji.. mama akan selalu ada di samping Dini.. menjaga Dini. (memeluk erat
Dini)
Ibu Murni kecewa terhadap perilaku suaminya, dia hanya dapat
memeluk anaknya yang tak henti-henti menangis. Kemudian Para tetangga pun
mendengar kegaduhan tersebut dan diam-diam tetangga mendengar apa yang terjadi
antara Dini dan pak Salam. Akhirnya warga melaporkan hal tersebut ke pihak yang
berwajib dan pak Salam masuk Penjara.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar